Total Tayangan Halaman

Jumat, 24 Juni 2011

Irma Suryanti Penyandang Cacat Sukses Wirausaha


Irma Suryati mengalami kelumpuhan saat usia 4 tahun akibat polio. Kehidupannya menuju usia dewasa adalah kisah panjang yang penuh perjuangan. Irma yang bersuamikan Agus Priyanto, yang juga penyandang cacat kaki, telah membuktikan bahwa seburam-buram harapan, selalu ada celah yang bisa membawa berkah dan peluang di masa depan.

Pasangan itu berhasil membangun usaha kerajinan keset dengan modal kain-kain sisa. Usaha mereka kini sudah sampai ekspor ke beberapa negara, dan mereka kini memiliki 2.500 pengrajin dan 150 diantaranya adalah penyandang cacat.

Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat.

Pada Awalnya…

Sejak bayi, Irma Suryati sudah menderita layu kaki. Penyebabnya adalah virus Polio. Meski masih bisa berjalan normal sampai sekolah menengah atas (SMA), kaki Irma mudah lemas. “Kalau disenggol, langsung jatuh,” ujar wanita kelahiran Semarang, 1 Januari 1975 ini.

Sejak saat itu, sang ayah menyuruh Irma, menggunakan tongkat untuk berjalan hingga kini. Kondisi kaki itulah yang mendorong Irma melakukan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain. Setelah lulus dari SMAN 1 di Semarang, Irma mencoba membuat keset dari kain perca, benda sederhana untuk membersihkan telapak kaki.

“Aku mencoba membuat keset dari kain sisa industri garmen,” ujar Irma. Kebetulan, di dekat rumahnya di Semarang terdapat banyak sisa kain industri garmen. Kain sisa itu ia jahit menjadi aneka bentuk keset.

Awalnya, keset itu dibuat hanya untuk kebutuhan sendiri. Lambat laun, karyanya mulai dilirik tetangga. Pasar kecil pun mulai terbentuk. Keputusan menjadi perajin keset makin bulat ketika ia menikah dengan Agus Priyanto, penyandang cacat yang jago melukis. Mereka sepakat membuka usaha kecil pembuatan keset pada 1999. Kala itu, Irma dan Agus dibantu 5 karyawan.

Ketika usaha mereka mulai berkembang, Irma merasa tak leluasa lagi menjalankan usaha di rumah orang tuanya. Pada 2002, pasangan muda ini memutuskan pindah ke Kebumen, kampung halaman Agus. Mereka membeli rumah di Jalan Karang Bolong kilometer 7, Desa Karangsari, Kecamatan Buayan, Kebumen. Dari rumah itulah Irma mengendalikan usahanya.

Irma tak mau membuat usaha ecek-ecek. Ia membentuk usaha berbadan hukum yang diberi nama Usaha Dagang Mutiara Equipment. Perempuan itu juga membentuk Pusat Usaha Kecil Menengah Penyandang Cacat. “Awalnya susah sekali mengorganisasi orang,” kata Irma.

Namun Irma adalah sosok yang tidak mau mengalah pada keadaan. Ia mendatangi penduduk dari rumah ke rumah untuk mendorong ibu rumah tangga menjadi produktif dengan mengajari mereka membuat keset. “Perempuan sekarang harus berdaya secara ekonomi,” katanya.

Menuai Hasil

Irma juga pernah menanggung sinisme dan cibiran oleh orang-orang yang melihat usaha itu dengan sebelah mata, apalagi ketika mereka melihat kaki Irma yang cacat, tapi Irma tak patah semangat. Hasilnya pun mulai tampak. Ia berhasil mengajak beberapa ibu rumah tangga belajar membuat keset. Ketika sudah terampil, mereka mendapat pasokan bahan baku dan mesin jahit dari Irma.

Saat masyarakat mulai menyadari tentang manfaat keterampilan yang diberikan Irma, minat menjadi pembuat keset pun tak terbendung. Irma membuat koperasi simpan pinjam pada 2003 untuk menampung kegiatan ekonomi 1.600 pembuat keset hasil binaannya.

Anggota koperasi keset ini tersebar di 11 kecamatan di Kebumen. Irma juga menggunakan jaringan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Akhirnya, usaha keset ini merambah ke Banyumas dan Solo. Bahkan Irma menggandeng kelompok waria dan pekerja seks komersial di Purwokerto. Hasilnya, 20 waria dan pekerja seks komersial bisa membuka gerai di perumahan Limas Agung, Purwokerto.

Tiap bulan, perajin mendapat kiriman kain sisa sebagai bahan baku. Irma mendatangkan 10 ton kain sisa dari Semarang setiap bulan. Omzet bulanannya bisa mencapai Rp 40-50 juta.

Untuk strategi pemasaran, Irma mengandalkan 15 penjual. Selain itu, ia juga menitipkan barang produksinya di beberapa gerai yang tersebar di banyak kota. Salah satunya adalah di showroom milik Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta. Kebetulan, Irma sering bertemu dengan Pak Menteri, Adyaksa Dault.

“Saya juga diajak oleh Menpora waktu itu, Pak Adhyaksa Dault ke Melbourne, Australia mewakili Indonesia dalam pameran kerajinan. Padahal pameran itu sebetulnya untuk umum, bukan penyandang cacat. Benar-benar membanggakan karena kami penyandang cacat setara dengan orang normal,” ungkapnya.

Ekspor Produk

Selain memasarkan produk di dalam negeri, Irma juga memasarkannya ke luar negeri, yakni Austarlia, Jerman, Jepang, dan Turki. “Selama ini masih memakai jasa orang lain. Ke depan nanti, saya ingin mengekspornya sendiri agar lebih untung,” tutur Irma.

Irma mengadakan pertemuan tiap tiga bulan sekali untuk menjaga kualitas produknya. Forum itu diikuti koordinator tiap kecamatan. Selain membicarakan kualitas produk, ia juga memperkenalkan inovasi baru kerajinan tangan.

Saat ini, Irma memproduksi 42 macam keset. Ada yang berbentuk elips, binatang, atau bunga. Di pasaran, keset-keset itu dijual Rp 15 ribu untuk konsumen dalam negeri, dan Rp 35 ribu untuk konsumen luar negeri.

Sukses membuat keset tak lantas membuat ibu lima nak ini ongkang-ongkang kaki. Ia dan kawan-kawannya terus mengembangkan kerajinan lain, misalnya membuat kotak tisu dari lidi. “Ada orang Turki yang memesannya,” ujar Irma.

Kini Irma membuat desain sajadah dari tikar pandan. Kebetulan, di Kebumen banyak perajin pandan yang belum mampu membuat kerajinan dengan bahan baku anyaman pandan. “Padahal kalau dibentuk menjadi kerajinan, nilai jualnya akan meningkat,” ujar Irma.

Ironisnya, pengikut Irma justru kebanyakan datang dari luar desanya. Bahkan banyak penduduk tidak mengenal sosok Irma, meskipun mereka tinggal di desa yang sama. “Oh, orang yang cacat itu ya?” kata salah satu tetangga Irma ketika ditanya Tempo.

Sebagai penyandang cacat, Irma bukanlah orang yang cengeng. “Cacat bukan halangan untuk berkarya,” kata dia. Irma mengaku sering sedih melihat para penyandang cacat yang masih terdiskriminasi, terutama yang ingin menjadi pegawai negeri sipil. Karena itulah Irma memutuskan membuka lapangan kerja sendiri. “Rencananya saya akan membangun pabrik di belakang rumah, khusus untuk orang cacat,” ujar Irma.

Rencana ke Depan

Irma kini membangun rumah bagian belakang dengan ukuran sekitar 7 m x 9 m. Meski tergolong kecil, tetapi rumah yang hampir selesai tersebut akan dipakai untuk menampung para penyandang cacat. Mereka bakal bekerja dan diberikan tempat menginap.

“Kami memang menyiapkan tempat bagi penyandang cacat yang rumahnya jauh. Jika mau menginap, silakan saja, tetapi tempatnya juga sederhana seperti ini. Di sini bisa dijadikan pusat usaha penyandang cacat. Niat saya memang bagaimana para penyandang cacat bisa lebih kreatif dan mereka mampu mandiri. Itu secara langsung akan mengangkat martabat penyandang cacat dan mengubah pandangan masyarakat kalau penyandang cacat hanya bisa mengiba dengan menjadi seorang peminta-minta,” tandasnya.

Irma Suryati: Angkat Martabat Penyandang Cacat Lewat Kain Perca
Juni 24, 2011
tags: Agus Priyanto, Irma Suryati, kerajinan tangan, pengusaha keset, Penyandang Cacat
oleh indonesiaproud

Sumber: KickAndy.com, KoranTempo (gerakpemuda.wordpress.com), slamet-nusakambangan.blogspot.com

Magang Kerja Jepang

Ingin magang Kerja Ke Jepang.???
Ikuti Program Pemagangan IMM Japan kerjasama Disnakertransos RI dengan IMM Japan: Syarat: 1. Pria 20-26 tahun 2. Pendidikan minimum SLTA 3. Tinggi badan min 160 cm 4. Tidak bertindik/tato 5. Sehat jasmani dan rokhani 6.... Lulus tes seleksi Keutamaan 1. Program resmi pemerintah 2. Kontrak kerja 3 tahun 3. Tunjangan 10-20 juta/tahun 4. Tiket pesawat gratis PP 5. Asrama Listrik, Air dan Gas di tanggung perusahaan 6. Asuransi 7. Sertifikat JITCO 8. Tunjangan modal usaha 60 juta Segera bergabunglah bersama kami dalam diklat persiapan seleksi magang Jepang Biaya Diklat hnaya 2 juta (dua juta rupiah). Akan kami bombing hinga bernagkat ke Jepang) LPK ERHA EDUCATION Ijin Disnakertransos Nomor: 563/015/PL/2010. Sekretariat: Jl letjen Suprapto 14 Kebumen. Telp: 0287-385349, HP: 087737739009/085210107747 Email:erhaeducation@yahoo.com website http:www/erhaeducatian.com See More
By: Disnakertransos Kebumen

Mengimpikan Desa Wirausaha

   Kekuaatan wirausaha desa sebagai kekuatan pasar jawaban pasar bebas serta kemauan arah MDGs Goals dalam bidang ekonomi.impian desa wirusaha menjadi kuat ketika melihat real laju produksi barang warga desa akan menumbuhkan transaksi antar desa di Kabupaten Kebumen.

Daerah Kebumen daerah yang terletak dipesisir pantai Jawa Tengah selatan ini, secara demografis 40% daratan dan 60% pegunungan sangat berpotensi dalam penciptaan wirausaha baru sebagai bentuk daripada tindakan penyelamatan ekonomi rakyat di daerah yang berindeks ranking tiga (3) se Jawa Tengah ini dari 35 kabupaten. Wirausaha salah satu kunci daripada perimbangan pasar global yag sudah merambah di 460 desa di Kabupaten Kebumen.

Daerah yang dihuni 1,23 juta jiwa, 80% pertanian ini sangat tepat bagi Wirausaha baru, wirausaha baru bagi orang desa memang sulit dijalankan, karena memerlukan sebuah jiwa, mental dan sikap mandiri yang luar biasa, pengalaman wirausaha baru bagi orang desa memang tidak begitu jauh dikenalkan pada pendidikan formal, hanya orang-orang yang berani bertindak dalam kemandiriaan ekonomi. Salah satunya berjualan, memasarkan dan membikin produk hasil sumber daya pedesaan.

Di Kabupaten Kebumen jiwa wirausaha memang berpeluang pesat dan sangat luar biasa diawal tahun 2011 ini. Geliat pangsa pasar yang luar biasa, walaupun masih didominasi orang luar Kebumen. Sementara orang Kebumen masih bermental memasarkan, sementara mental menjual produksi sendiri belum maksimal. Hal ini terlihat di tingkat pasar tradisional desa, bahkan pasar mall di Kabupaten Kebumen.

Impian penciptaan 10.000 wirausaha baru atau pengusaha lokal desa membutuhkan proses waktu panjang dan mengatasi hambatan, misalnya, belum adanya kesadaran mental dan jiwa berwirausaha, adanya produk-produk pemasaran yang sudah di Kebumen bahkan luar negeri, adanya kelesuan perekonomian, permodalan dan ekses pasar jaringan produk. Selain itu, masyarakat Kebumen dengan kebudayaan perdagangan wirausaha harus memasarkan produk orang lain, walaupun pada dasaranya kebudayaan wirausaha yang bisa memproduksi barang dari potensi yang ada di Kebumen.

Hambatan kewiraan
Secara garis besar, hambatan paling berat pada permodalan bagi wirausaha usaha baru, selain itu tantangan yang nyata dalam mempertahankan usaha, sementara itu bank-bank negeri dan swasta dalam pelayanan peminjam modal pada nasabah masih memberlakukan agunan atau jaminan, yang kadang jaminan ini sangatlah memberatkan bagi peminjam bank.

Cara mengatasi permodalan bagi orang desa masih punya kekuatan barang dengan cara barter daripada hasil panen. Bank jangan menerapkan jaminan sertfikat tanah, BPKB kendaraan bermotor, kadang adanya juga dengan menggadaikan kekayaan yang dimiliki. Sistem perbankan kita melihat kondisi trutama pihak bank/peminjam modal menerapkan tidak menerapkan sistem kepercayaan, masih dianggap bahwa orang desa tidak bertanggungjawab dalam pengembalian pinjaman, selain itu ada potensi kerja keras bagi orang desa cukup kuat.

Tawaran Terobosan
Penciptaan 10.000 wirusaha baru di Kebumen perlu ada terobosan terobosan, mengingatkan iklim yang sudah tidak memihak bagi bagi orang-orang desa: diantaranya:
1.Adanya pendidikan ketrampilan wirausaha di kebumen sejak usia dini si sekolah SD,SMP, SLTA dan PT, serta unit kelompok skeolah paket C, paket B, dan pendidikan non formal lainya. Dan kelompok kerja masyarakat di desa.
2.Memunculkan cion produk baru di desa-desa Kebumen atas kekayaan sumber daya alam pertanian, ladang kelautan dan hutan, serta adanya gerakana bersama louncing gerakanaku cinta produk kebumen, dan produk asli lokal kebumen yang sudah berjalan ; lanting, genteng, ekrjiaan pandan, besusu, peci, tudung, kesed dan lainnya.
3.Adanya penciptaan Pasar RakyatProduk lokal, karena selama ini di dominasi oleh pengusaha luar yang sudah lama beraktifitas usaha, dengan adanya wilayah atau tempat untuk pemasaran di Kabupaten Kebumen di desa.
4.Kebijakan pemeritah dan pelaku usaha warga desa kebumen, agar pinjaman modal dan penambahan modal bagi wirusaha baru dan lama tidak dipersuli, termodalan masih kurang, karena pihak bank masih susah dalam pemberian modal yakni dengan jaminan, sementara kemampuan untuk berwirusaha tinggi.
5.Perluasan jaringan produk lokal antar desa atau antar kelompok usaha masing berjalan sendiri
6.Adanya sistem ekonomi kerakyatan dengan bergotong royong membangun jaringan unit wirausaha, adanya peredeeran produk jenis usaha lokal, dan pemasaran bersama dalam penguasaan jaringan pasar antar desa, ke produk kebumen.

Tantangan impian penciptaan 1000 wirausaha warga desa, butuh proses lama, walaupun ada harapan yang menjadi keoptimisan bagi orang-orang desa mempunyai pontensi kerja keras dalam menciptakan tumbuh kembang lapangan kerja atas kekayaan desa Kebumen.

Eko Wahyudi
TKS P2TKP Disnakertransos Kebumen-jawa tengah

Senin, 13 Juni 2011

TKS Disnakertransos Kebumen Siap Bantu Info Pengangguran


Tenaga Kerja Sarjana (Tenaga Kerja Sukarela) Jawa Tengah  di lingkungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial siap membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran dengan memberikan informasi kerja, pendidkan kewirausahaan dan pengembangan potensi usaha penari kerja di desa
Angka pengangguran di Indonesia yang cukup tinggi berdampak pada proses pembangunan, hal ini menjadi tantangan bersama untuk menyelesaikan sebuah perubahan ketenagakerjaa.  Misalnya tahun 2011 ini ada 90 ribu lulusan kerja   SMA –SMK (teknlogi dan ekonomi) Kebumen setiap tahun.  
1. Akses informsi kurang,
Minimnya akses informasi bagi tenaga kerja baru (penggangguran terbuka (belum pernah kerja) dan semi pengangguran, (pernah kerja tetapi menganggur) Adanya pemberian informasi kerja dengan mengupdate  kerja, membuka jaringan denga perusahaan pemeri kerja, adanya pembuatan Bursa Kerja Online dengan Faceebook, Blog, Website, papan info kerja, di tempat, papan pengumuman sekolah, balai desa, dan tempat tempat strategis, dan pelatihan bagi pengangguran terbuka (belum pernah kerja).
2. Tidak tahu potensi diri  dan lingkungan,
Adanaya analisa diri akan potensi yang ada pada setiap orang. Teratama usia pangktan kerja 28 tahun sampai dengan 40 ini. Analisis dan keuata skill ketrampilan seseorang yang harus merupkan sbeagai salahsatu kunci utama untuk mengembangkan sebuah kekuatan pekerjaan. Terkait dengan pengembangan lingkungan sekitar sangat penting menjadi kunci.
3. Mendidik usaha baru,
Pendidikan mental usaha sangat susah , harus mempunyai skil dan pengetahuan serta pengalaman yang cukup sesuai dengan minat dan bakat. Selain itu  mendidik tenaga kerja yang berpikri menjadi mental kerja/kuli , menjadi penemuan skill, dan  modal untuk menjadikan langka mandiri menciptakanusaha baru,
4. Solusi :
Adanya langkah langkah nyata dengan carta action di lapangan secara bersama antara pemerintah, pengusaha dan warga untuk membagi tugas dan kepaad pencari kerja,

Rabu, 08 Juni 2011

Jam Pelayanan Kartu Kuning /AK.1

Jam Kantor Kerja Pegawai Disnakertransos Kebumen 07.00-15.30 WIB
Jam Pelayanan Kartu  Kuning /AK.1:
1. Hari Senin- Kamis    : 08.00-14.00 WIB
2. Hari Jumat                : 08.00-11.00 WIB
3. Sabtu, Minggu dan hari besar libur

Selasa, 07 Juni 2011

TKS Siap Atasi Pengangguran Kebumen

Tenaga Kerja Sarjana (Tenaga Kerja Sukarela) Jawa Tengah  di lingkungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupetan Kebumen siap membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran dengan memberikan informasi Kerja, pendidikan kewirausahaan, TKI dan pengembangan potensi usaha kepada pencari kerja di desa
Angka pengangguran di Indonesia yang cukup tinggi berdampak pada proses pembangunan, hal ini menjadi tantangan bersama untuk menyelesaikan sebuah perubahan ketenagakerjaan di Kabupaten Kebumen. ada informasi pada Dialog SPB Ratih TV Kebumen Selasa 8 Juni 2011 tahun 2011 ini ada 90 ribu lulusan kerja   SMA –SMK (Umum, Teknlogi dan ekonomi. 

TKS Selama sebulan Juni 2011 menganalisa ada sebab pengangguran diantaranya:
1. Akses informsi kurang,
Minimnya akses informasi bagi ketenaga kerjaan baru  bagi penggangguran terbuka (belum pernah kerja) dan semi pengangguran (pernah kerja tetapi menganggur) Adanya pemberi informasi kerja dengan mengupdate  info kerja pada fasilitas internetkerja dan membuka jaringan denga perusahaan pemberi kerja, adanya pembuatan Bursa Kerja Online dengan Faceebook, Blog, Website, papan info kerja, di tempat, papan pengumuman sekolahan, Forum warga, balai desa, dan tempat tempat strategis, dan pelatihan bagi pengangguran terbuka (belum pernah kerja).
2. Tidak tahu potensi diri  dan lingkungan,
Adanya analisa diri  bagi pencari kerja, akan potensi yang ada pada setiap orang. pencari kera Terutama usia angkatan kerja 18 tahun sampai dengan 40 ini. selain itu, ada Analisa kekuatan skill ketrampilan seseorang sebagai salahsatu kunci utama untuk mengembangkan sebuah kekuatan wirausaha dengan membuka lapnangan kerjaTerkait dengan pengembangan lingkungan sekitar sangat penting menjadi kunci.
3. Mendidik usaha baru,
Pendidikan mental berjiwa usaha sangat susah , harus mempunyai skill dan pengetahuan serta pengalaman yang cukup sesuai dengan minat dan bakat. Selain itu  mendidik tenaga kerja yang berpikir menjadi mental kerja/kuli , menjadi penemuan skill, dan  modal untuk menjadikan langka mandiri menciptakan usaha baru,
4. Solusi :
Adanya langkah-langkah nyata dengan carta action di lapangan secara bersama antara pemerintah, pengusaha dan warga untuk membagi tugas dan kepaad pencari kerja.
 
TKS Disnakertrasos Kebumen